Bima Di Landa Gempa


KOTA BIMA-Gempa tektonik berkekuatan 6,7 skala richter (SR) mengguncang Kabupaten Bima dan Kota Bima, NTB pukul 03.41 Wita, Senin.

Ketua Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bima Drs I Nyoman Arga mengatakan, gempa berkekuatan 6,7 SR berada pada posisi 8,24 Lintang Utara (LU), 18,65 Lintang Selatan (LS), pada kedalaman 25 KM pada Barat Laut Raba Bima.
‘’Gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami,’’ kata Kepala Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Mataram, Drs AA Trikumara.
Data sementara, satu orang dilaporkan tewas dan ratusan warga mengalami luka-luka. Ratusan bangunan seperti rumah, sekolah, dan perkantoran juga dilaporkan hancur akibat pergeseran kerak bumi itu.
Korban tewas mengalami luka parah. Korban menghembuskan napas terakhir setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit setempat. Sementara korban luka lainnya hingga kini masih menjalani perawatan intensif.
Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil NTB Bachrudin membenarkan ada korban tewas. Yakni Siti Aisyah, 40 tahun, warga Dusun Bonto, Kelurahan Kolo, Kecamatan Asakota. ‘’Korban meninggal di RSUD Bima sekitar pukul 14.00 Wita. Kondisi korban cukup parah, pinggangnya patah, beberapa bagian kepala luka akibat tertimpa tembok rumah yang ambruk,’’ kata HM Tayeb, Kepala Dusun Bonto.

[PANIK: Pasien RSUD terpaksa dilarikan ke halaman rumah sakit maupun Lapangan Pahlawan, saat gempa terjadi. (file Pasien RSUD) ]



Pantauan Lombok Post di sekitar Kota Bima tercatat tiga rumah di Dusun Wonto, Kelurahan Kolo ambruk, belasan lainnya rusak ringan. Di Kampung Lewi, Kelurahan Jatibaru, dua rumah panggung ambruk akibat tertimpa batu gunung yang jatuh dari lereng Gunung So Tolo Tike.
Begitu juga di Lingkungan Gindi, Kelurahan Jatibaru, satu unit rumah milik Arsyad H Abidin, hampir seluruh temboknya rata dengan tanah. Hanya tersisa beberapa bagian tembok yang masih berdiri menopang atap rumah yang sebagian besar telah jatuh.
Di Kota Bima, wilayah terparah akibat gempa terdapat di sekitar wilayah pesisir seperti Kelurahan Kolo, Kelurahan Melayu. Misalnya di Lingkungan Lewi Jambu, tercatat sekitar 30 lebih rumah rusak parah.
Sementara di wilayah Kabupaten Bima, diperoleh informasi 10 unit rumah di Kecamatan Ambalawi ambruk, rata dengan tanah, 50 unit rusak parah. Di Desa Tumpu, Kecamatan Bolo, dua unit rumah roboh.
Wilayah terparah terkena gempa di Kabupaten Bima adalah Kecamatan Soromandi. Menurut Sekretaris Desa Kananta, Suhardin H Mursalim, tercatat 10 unit rumah ambruk bersama 19 unit Lumbung Padi, dan 150 unit rumah warga lainnya rusak parah. ‘’Kita sudah mendata semua rumah warga yang mengalami krusakan akibat gempa. Untuk kerusakan ringan jumlahnya di atas 200 unit,’’ kata Suhardin.
Di Desa Sai, Kecamatan Soromandi terdata empat unit rumah panggung dan rumah batu roboh. ‘’Selain ada kerugian secara material, sejumlah warga juga mengalami luka-luka. Seperti di Desa Sai ada empat orang warga yang terpaksa dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis,’’ bebernya.
Belum ada data resmi tentang jumlah korban dan kerusakan di Kabupaten Bima. Namun informasi yang diperoleh dari Kepala BMG Bima, I Nyoman Arga, berdasarkan laporan yang diterima pihaknya, di Kecamatan Ambalawi terdapat tiga orang warga yang mengalami luka akibat tertimpa bangunan ambruk.
Untuk wilayah Kota Bima, terdata 40 lebih warga mengalami luka-luka akibat gempa tersebut.
‘’Siti Aisyah (korban tewas, Red) tertimpa tembok bangunan rumah saat sedang tidur,’’ katanya.
Selain bangunan rumah, sarana pendidikan juga tidak luput dari guncangan gempa. Seperti di Kecamatan Ambalawi, gedung SMAN I hampir seluruh ruang kelasnya tidak lagi bisa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.
Begitu juga dengan gedung TK Ambalawi yang pembangunannya baru selesai, kondisinya cukup parah.
Kadis Dikpora Kabupaten Bima, Drs A Zubaer mengakui banyak sekolah yang rusak parah akibat gempa.
Menurutnya, terdapat beberapa sekolah yang gedungnya ambruk. Di antaranya dua ruang kelas di SMAN I Kota Bima, ruang laboratorium SMPN Godo hancur. Tiga ruang kelas lantai dua SMAN 3 Kota Bima retak-retak, bahkan posisinya bergeser dengan bangunan lantai satu, serta satu ruang kelas SLB Kelurahan Pane, jebol.
Belum terhitung bangunan sekolah lainnya yang retak-retak atau rusak bagian atap. Tapi dari sekian banyak jumlah bangunan sekolah yang rusak, yang paling parah bangunan SMPN 7 Kota Bima. Dari 19 lokal ruangan yang ada, 90 persen tidak bisa dipakai lagi, malah dua lokal di antaranya ambruk.
‘’Saya sudah turunkan tim untuk memantau sekaligus mendata sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa,’’ kata Kadis Dikpora Kota Bima Drs H Alwi Hardi MSi.
Padahal dari empat lokal bangunan yang rusak parah tersebut, tiga lokal direhab tahun 2008 lalu, satu lokal lagi bangunan baru yang diswakelola oleh sekolah setempat, dan sampai bangunan itu rusak belum sempat dipakai. ‘’Hampir 90 persen gedung yang ada di SMPN 7 ini rusak dan tidak bisa dipakai lagi, kecuali ruang guru dan ruang kepala sekolah,’’ kata Kepala SMPN 7 Kota Bima Ruslan SPd.
Sementara itu, gempa juga dirasakan hingga di Dompu.
Meski guncangan gempa tidak begitu keras (Dua tahun lalu di Dompu ratusan rumah roboh akibat gempa, Red) namun warga Kota Dompu berhamburan keluar rumah.
Bupati Dompu H Syaifurrahman, SE yang langsung memantau wilayahnya menginstruksikan sejumlah pejabat terkait untuk mengecek dampak gempa.
Belum ada laporan tentang kerusakan berarti atau adanya jatuh korban jiwa. ‘’Hingga sekarang belum ada laporan kerusakan yang berarti,’’ kata Kepala Bakesbanglinmas Dompu, Tajudin HIR seusai memantau dampak gempa.
Hanya saja, sejumlah warga mengalami luka karena jatuh akibat panik. Eny, warga Bali I menderita luka pada bagian kepala karena terbentur pintu saat berlari keluar rumah ketika terjadi gempa.
M Amin, Kabag Umum Pemerintah Kabupaten Dompu, terkilir kakinya gara-gara keseleo saat berlari menyelamatkan diri.
Ada juga warga yang lari keluar rumah tanpa busana karena panik. Warga memilih mengamankan diri di jalan raya ketika gempa terjadi. Hingga menjelang pagi, banyak warga yang bertahan di halaman rumah karena takut adanya gempa susulan. ‘’Alhamdulillah, tidak ada gempa lagi,’’ ujar Ibu Arina, warga Monta, yang hingga matahari terbit, terpaksa menggelar tikar di depan rumahnya.


Sekolah Rusak, Siswa Diliburkan

[GEDUNG SMP: Gedung SMPN 7 Kota Bima ambruk akibat gempa. Gedung itu baru selesai dibangun dan belum pernah dipakai. (file SMP 7) ] Banyaknya bangunan sekolah dari TK hingga SMA rusak parah membuat proses belajar mengajar diliburkan. Pasalnya, selain bangunan tak bisa dipakai juga berbahaya jika ditempati.
Hanya saja, tidak semua sekolah diliburkan. ‘’Sekolah yang tidak rusak tetap melakukan proses belajar mengajar,’’ kata Kadis Dikpora Kota Bima, Drs H Alwi Hardi MSi.
Untuk SMP, sebagian besar tetap masuk sekolah.
‘’Kita tetap upayakan agar kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak terganggu, kendati ada sejumlah sekolah yang ruang kelasnya tidak bisa dipakai,’’ harapnya.
Khusus untuk sekolah yang kondisi gedungnya cukup parah, Dikpora menyiasatinya dengan meminjam gedung sekolah lain yang tidak rusak untuk dijadikan tempat belajar mengajar pada sore hari.
‘’Tidak tertutup kemungkinan kita akan bangun tenda darurat. Kita tidak ingin KBM terhambat karena persoalan bangunan,’’ tegasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Comment Bro....